jump to navigation

Anti-Oksidan bagi Pasangan yang Menginginkan Anak Maret 11, 2010

Posted by idayantie in kesehatan.
Tags: , , ,
trackback
  • Oleh Taufiq R Nasihun

MANUSIA adalah makhluk aerobik yang memerlukan oksigen melalui pernapasan untuk menjalankan metabolisme tubuh. Konsekuensi dari proses aerobik tersebut terbentuk radikal bebas (RB), yang dapat menyebabkan kerusakan sel akibat stress oksidatif.

Gaya hidup yang salah, pola makan yang tidak tepat, penyakit diabetes mellitus, dan lingkungan hidup yang jelek, menyebabkan produksi RB dalam tubuh meningkat. Sejalan dengan berbagai perubahan gaya hidup tersebut, intensitas penelitian dan pembicaraan tentang antioksidan belakangan ini juga makin meningkat.

Berbagai penemuan menyebutkan bahwa RB mempunyai sumbangan besar terhadap kejadian berbagai penyakit degeneratif seperti kekakuan pembuluh darah, keganasan, dan penuaan.

Dalam bidang reproduksi peningkatan RB menyebabkan kerusakan sel spermatozoa, endometrium,  (oocyte) sehingga dapat menyebabkan sepasang suami-istri belum berhasil mendapatkan anak (infertilitas).

Oleh karena itu pembabahasan tentang penggunaan antioksidan baik untuk pencegahan maupun pengobatan tambahan pada infertilitas makin meningkat.

Kejadian infertilitas berkisar antara 15 – 20% dari seluruh pasangan usia subur. Menurut perkiraan WHO akan terjadi penambahan 2 juta pasangan infertil pertahun di masa yang akan datang. Mengacu pada angka kejadian tersebut di atas maka infertilitas perlu mendapat penanganan yang memadai. Salah satu faktor penting yang berperan dalam proses kejadian infertilitas adalah RB.

Oleh karena itu berbagai antioksidan telah banyak digunakan di bidang reproduksi sebagai pencegahan atau terapi tambahan pada penanganan pasangan infertil. Bagaimana RB menyebabkan pasangan belum berhasil mendapatkan anak dan apakah antioksidan dapat membantu pasangan tersebut mendapatkan anak? Di bawah ini akan dijelaskan seputar hubungan RB dengan infertilitas.
Pengaruh Radikal Bebas  Secara sederhana RB didefinisikan sebagai atom atau kelompok atom yang mempunyai electron tidak berpasangan, oleh karena itu sangat mudah bereaksi. RB tersebut kemudian dikenal sebagai reactive oxygen species (ROS) yang terdiri dari oksigen superoksida (O2ï), radikal hidroksi (OHï), radikal peroksil (ROOï), dan hydrogen peroksida (H2O2). Konsekuensi dari serangan ROS, sel mengalami perubahan struktur dan kerusakan membran akibat stress oksidatif. Kondisi tersebut

berakibat fatal bila serangan bersifat masif dan berkepanjangan. Untuk melindungi sel akibat serangan ROS yang secara fisiologis memang dibentuk dalam tubuh, maka tubuh menyediakan system pertahanan biokimiawi guna menangkal efek ROS dengan cara membatasi produksi ROS.

Dalam keadaan normal, oleh peran system pertahanan biokimiawi tersebut terjadi keseimbangan yang tepat dan sensitif antara prooksidan dan antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai bahan yang mampu melindungi sel dari kerusakan yang ditimbulkan oleh ROS dengan cara menekan sintesis, mengeliminasi, dan melawan aksinya.

Dikenal dua macam antioksidan yaitu antioksidan preventif dan antioksidan pemecah rangkaian reaksi (chain breaking reaction) yang bersifat alami.

Keseimbangan dapat bergeser ke arah prooksidan bila pembentukan RB meningkat atau kadar antioksidan menurun. Bila kejadian tersebut berlangsung di dalam saluran reproduksi maka dapat menimbulkan infertilitas.

Infertilitas adalah suatu kondisi sepasang suami istri tidak mampu hamil dan melahirkan anak setelah satu tahun menikah dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi. Sebagai sumber penyebab infertilitas, suami maupun istri mempunyai potensi yang sama.

Suami maupun istri masing-masing dapat menghasilkan ROS sebagai penyebab infertilitas. Dalam konsentrasi minimal, ROS dibutuhkan untuk proses reproduksi seperti pada penyatuan (fusi) spermatozoa dan oosit. Namun dalam konsentrasi berlebihan ROS menyebabkan kerusakan sel yang mampu mengakibatkan infertilitas.

Berbagai bukti baik yang berasal dari binatang maupun manusia menunjukkan bahwa ROS banyak terdapat pada saluran reproduksi wanita seperti: cairan folikuler, cairan dalam saluran telur (tuba), oosit, endometrium, dan embrio.

Di dalam cairan folikuler peningkatan ROS menyebabkan stress oksidatif dan menyebabkan gangguan pematangan oosit, pembuahan, dan kehamilan. Dalam cairan tuba, ROS dapat menimbulkan inflamasi akibat hidrosalfing, sehingga dapat mengganggu perkembangan embrio. ROS dalam konsentrasi normal dalam tuba memang diperlukan untuk perkembangan embrio blastocysta.

Namun peningkatan kadar yang berlebihan menyebabkan gangguan perkembangan gamet. Di dalam oosit ROS dapat menyebabkan gangguan pematangan, kerusakan DNA, kerusakan kerangka sel (cytoskeleton), dan kerusakan membran.

Bagaimana dengan pria? Di dalam saluran reproduksi pria ROS juga banyak diproduksi. Varicocele, suatu pelebaran pembuluh darah dalam kantong buah pelir, merupakan sumber ROS yang dominan dan dapat mengganggu proses spermatogenesis sehingga dapat menyebabkan infertilitas pada pria.

Sumbangan varicocele pada kejadian infertilitas pria bahkan mencapai 15 ñ 35%, sehingga cukup berarti. Bukti menunjukkan bahwa kadar ROS cairan sperma penderita varicocele lebih tinggi banding orang normal dan infertil idiopatik.

Selain itu spermatozoa penderita varicocele juga mengalami DNA myotic nondysjunction pada sampel cairan sperma dan biopsi testes yang berhubungan dengan peningkatan ROS dan penurunan anti oksidan total.

Studi lain pada pria infertil dengan gambaran semen abnormal menunjukkan bahwa kadar ROS pria infertil tersebut lebih tinggi dan potensial membran mitokhonddria (PMM) lebih rendah secara bermakna dibanding donor.

Sementara penurunan PMM tersebut mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi spermatozoa. Sehingga pria penderita varicocele mempunyai konsentrasi spermatozoa rendah yang disebabkan oleh RB.
Pengelolaan Infertilitas Dalam kondisi tertentu keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan dalam traktus reproduksi  bergeser ke arah prooksidan. Konsekuensi dari pergeseran ini, sel mengalami stress oksidatif dan kerusakan yang memacu kemunculan berbagai kondisi infertilitas seperti disebutkan di atas.

Faktor  yang mendasari kemunculan berbagai kelainan infertilitas tersebut antara lain adalah reaksi antara ROS dengan lipid tidak jenuh membran sel yang dikenal dengan peroksidasi lipid, reaksi RB dengan gugus sulfhidril (SH) sehingga mengganggu sintesis protein intraseluler, dan reaksi ROS dengan residu asam amino histidin dalam DNA yang dapat mengakibatkan mutasi DNA.

Ketiga reaksi tersebut menyebabkan berbagai sel mengalami disfungsi bahkan kematian yang terprogram (apoptosis). Apabila sel yang mengalami disfungsi dan apoptosis adalah oocyt atau sel tuba, endometrium, spermatogonia, dan spermatozoa maka infertilitas merupakan keniscayaan. Sebelum membuat keputusan menggunakan antioksidan perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam banyak kasus kejadian oksidatif stress lebih disebabkan oleh peningkatan pembentukan ROS daripada penurunan kadar antioksidan.

2. Berapa rasio yang tepat kadar prooksidan dan antioksidan, mengingat sampai saat ini belum ada patokan baku.

3. Dalam batas tertentu prooksidan sangat berguna untuk proses reproduksi (maturasi oosit, inplantasi gamet), sementara oversupplay antioksidan juga dapat memicu sintesis ROS.

Mengacu pada berbagai pertimbangan tersebut maka yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi sumber primer pembentukan ROS, kemudian menghilangkan sumber tersebut sesuai penyebab primernya. Setelah diketahui penyebab primernya maka dapat ditentukan menggunakan atau tidak menggunakan antioksidan.

Penderita infertil yang belum teridentifikasi penyebab primernya namun dapat langsung diberikan antioksidan adalah mereka yang penyebab infertilitasnya tak terjelaskan, kemudian perokok, olahragawan, dan bahkan pengguna peralatan yang memproduksi gelombang elktromagnetik 900 MHz. (13)

– DR.dr.H. Taufiqurahman Nasihun,M.Kes,Sp.And, Dekan FK Unissula Semarang

sumber : suara merdeka

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar